Surabaya Menghadapi Tantangan Iklim yang Ekstrem
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Surabaya, cuaca ekstrem ini disebabkan karena sedang berlangsungnya peristiwa El Niño. El Niño merupakan perubahan iklim dan cuaca secara global, salah satu dampak yang kita rasakan adalah musim kering yang lebih panjang dengan suhu panas yang lebih tinggi. “Seingat saya hujan terakhir di Surabaya itu sekitar tiga bulan yang lalu.” tambah Karen selaku narasumber yang merupakan warga asli Surabaya.
BMKG memprediksi bahwa musim panas kering ini akan berlangsung lebih lama dari pada biasanya, yaitu hingga pertengahan September dengan kisaran suhu mencapai 35°C. Musim hujan juga akan menjadi tertunda daripada waktu yang telah diperkirakan, yang biasanya terjadi saat akhir tahun, kini menjadi di awal tahun.
Dampak dari iklim yang ekstrem ini mulai dirasakan oleh masyarakat Kota Surabaya. Terutama anak-anak, orangtua lanjut usia, dan mereka yang memiliki penyakit bawaan menjadi sorot perhatian bagi pemerintah. Beberapa rumah sakit di Kota Surabaya melaporkan beberapa kasus yang mereka tangani di sana seperti sesak nafas, ruam kulit, dan penyakit ringan seperti pusing.
Selain dampak pada kesehatan, cuaca panas ekstrem ini juga mempengaruhi kegiatan ekonomi, misalnya seperti berkurangnya pengunjung di pasar tradisional di kota ini karena masyarakat kebanyakan lebih memilih untuk tinggal di rumah dan berbelanja secara online melalui e-commerce. Karen mengatakan bahwa, “Saya punya paman yang bekerja di Pasar Turi, dia bilang kalau kadang pasar terasa lebih sepi pengunjung daripada bulan-bulan sebelumnya yang mana cuaca tidak sepanas saat ini, masih tetap ada diselingi hujan.”
Menanggapi situasi ini, pemerintah kota Surabaya melakukan upaya preventif dan menghimbau masyarakat supaya lebih berfokus untuk menjaga imunitas serta kesehatan diri. Selain itu, pemerintah juga menegaskan supaya masyarakat bersama-sama menggunakan air bersih dengan bijak, mengingat bahwa permintaan air bersih meningkat di musim panas yang kering ini.
Lebih lanjut, Pemkot Surabaya tetap mengembangkan dan meningkatkan program kerja yang sudah dimulai sejak tahun lalu, yaitu penghijauan di Surabaya dengan menanam pohon-pohon yang lebih banyak di pinggiran kota guna membuat lingkungan terasa lebih sejuk, asri, serta menambah daerah resapan.
Namun, tantangan terbesar tetap berada pada kesadaran masyarakat terhadap peristiwa iklim yang sedang terjadi. Perubahan iklim di Surabaya akan terus mempengaruhi cuaca di kota ini ditambah dengan masyarakat yang kerap tidak memperhatikan pola hidup yang ramah lingkungan. “Surabaya ini memang sudah terkenal dengan suhu yang sangat panas ya, semua orang tau itu. Menurut saya hal ini juga diperparah oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab terhadap kerusakan lingkungan. Banyak pabrik di kota ini yang membuang limbah sembarangan juga masyarakat umum yang acuh tak acuh terhadap kebersihan lingkungan.” Tambah Karen.
Di tengah kondisi cuaca panas yang semakin tak menentu ini, kesadaran kolektif dan adaptasi kita perlukan bersama. Masyarakat diimbau untuk senantiasa memprioritaskan kesehatan, menggunakan pakaian yang nyaman dan melindungi diri, serta sama-sama mewujudkan kegiatan penghijauan kota dimulai dari hal-hal yang sederhana seperti menjaga kebersihan Kota Surabaya.
Oleh : Salsabila Dinda Putri Nur Buditama
Nim : 24041184136

Komentar
Posting Komentar